Surabaya, radar96.com/MAS – Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS) memulai kajian Tafsir Al-Jailani karya ulama sufi dan ahli fiqih Syeikh Abd Qadir Jailani bakda Shalat Jumat pada 2 Agustus 2024.
MAS ditetapkan menjadi Pusat Kajian Tafsir Al-Jailani karya Syeikh Abd Qadir Jailani saat kunjungan cicit ke-23 Syeikh Abd Qadir Jailani, yakni Assayid Prof DR Muhammad Fadhil Al-Jailani, ke MAS pada 19 Juli 2024.
“MAS menjadi satu-satunya masjid di Indonesia yang menjadi pusat kajian itu setelah Gubernur Jatim 2029-2024 Hj Khofifah Indar Parawansa ke Turki pada Februari 2022,” kata Ketua Bidang Imarah BPP MAS H Ghofirin di Surabaya, Selasa (31/7).
Dalam pertemuan tahun 2022 yang didampingi DR KHA Fahrur Rozy (Ketua PBNU) itu, Khofifah yang juga Ketua Umum PP Muslimat NU itu meminta Syeikh Fadhil untuk memberi pembelajaran langsung kepada masyarakat Indonesia hingga kajian ini terlaksana pada tahun 2024-2025 dengan koordinator kajian Prof DR KH Ridlwan Nasir (imam besar MAS).
Menurut Ghofirin, Kajian Tafsir Al-Jailani akan dilaksanakan dua kali setiap bulan yakni Jumat ke-1 dan Jumat ke-4 yang berlangsung secara virtual/daring dengan peminat kajian dari masyarakat umum dan pesantren sebanyak 2,4 juta.
“Kajian akan dilaksanakan mulai 2 Agustus 2024 hingga Agustus 2025 setiap setelah Sholat Jumat pada jam 13.00 WIB, atau kalau di Turki sekitar jam 09.00 pagi waktu Turki,” kata Ustadz Ghofirin yang juga Pembina Majelis GenZI (Generasi Z Islami) di MAS itu.
Kajian yang dimulai Jumat (2/8/2024) hingga Agustus 2025 itu dimulai dengan kajian “Al-Mau’idhah” (QS Yunus : 57, QS Luqman : 57, QS Al-A’raf : 205); lalu kajian “Al-Rahmah (QS Al-Anbiya’ 107, QS Al-An’am 54, QS Ali Imran 159, QS Al-Mu’min 118, QS Al-Isra’ 24, QS An-Nisa 175, QS Yunur 58, QS At-Taubah 128, QS Ar-Rum 21, QS An-Naml 77).
Kajian lainnya, As-Sakinah dalam Al-Qur’an; Al-Mawaddah; As-Salam; Al-Washiyat; Al-Qital; Al-Birru; At-Taqwa; Al-Itsmu; Ash-Shukru, Al-Du’a, Al-Ukhuwah; Al-Ni’mah; Al-Dunya; Al-Akhirat; Al-Insan; Al-Musiibah; Al-Sabru; Al-Amaanah; Al-Baraakaat; dan Pesan Moderasi Beragama (Takfir kepada Negara, Takfir kepada pendosa, Jihad, Membunuh non-Muslim, merusak Fasuliras Umum, dan Merampas Harta untuk Jihad).
Saat membuka Pusat Kajian Tafsir Al-Jailani di MAS (19/7) itu, Assayid Prof DR Muhammad Fadhil Al-Jailani menjelaskan ulama dunia mengakui tafsir karya Syeikh Abdul Qadir Al Jailani itu merupakan tafsir terbaik.
“Ulama dari berbagai negara mengakui hal itu setelah saya beri tafsir itu dan mengkaji sendiri, karena Syeikh Abdul Qadir Al Jailani itu menafsirkan ayat dengan ayat, ayat dengan hadits, dan ayat dengan penjelasan Sayyidina Ali Bin Abi Thalib (kakek Syeikh Abdul Qadir),” katanya.
Assayid Prof DR Muhammad Fadhil Al-Jailani yang mengaku Indonesia sebagai “negara kedua”-nya itu mencontohkan “bismillah” itu ditafsirkan Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani secara berbeda sesuai ayatnya.
“Bismillah dalam Surah Albaqoroh dikaitkan artinya dengan keyakinan orang-orang Muslim tentang tauhid. Surah Al-Ikhlas itu, ahli tafsir lain menerjemahkan ‘qulhu’ dengan ‘Katakan Wahai Muhammad’, tapi Syeikh Abdul Qadir Jailani tidak mau menyebut nama ‘Muhammad’ tapi menyebut ‘Rasul yang paling sempurna’ yang lebih beradab),” katanya.
Fatihah juga ditafsirkan sebagai surat keesaan Tuhan yang tak berbilang dan keabadian, bahkan “Iyyakana’budu” diartikan keesaan yang hanya menyembah kepada Allah sebagai puncak tauhid. “Semua milik Allah, Allah itu robbul Alamin, bukan robbul Muslimin,” katanya. (*/mas)