Surabaya, radar96.com – Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) Lembaga Dakwah (LD) PWNU Jawa Timur di Gedung Pascasarjana Universitas PGRI Adi Buana (Unipa) pada Sabtu (11/1) cukup menarik perhatian. Sebab para narasumber yang dihadirkan sangat berkompetensi. Dari PWNU hadir KH M Firjoun Barlaman, Wakil Ketua, dan dari PBNU hadir Dr KH Abdullah Syamsul Arifin (Gus A’ab) yang juga Ketua LD PBNU. Sedangkan pemateri lainnya adalah Prof Dr KH Ali Aziz, Guru Besar Ilmu Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya.
Dalam kesempatan itu, Prof Ali Aziz dan Gus A’ab banyak mengulas tentang apa yang sebaiknya dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh seorang pendakwah. Hal pertama yang harus dilakukan oleh para da’i atau pendahwah adalah berhati ikhlas. Tidak boleh berdakwah karena untuk mencari keuntungan finansial, harus ikhlas, sekalipun untuk bisa ikhlas itu sendiri juga harus terus dilatih.
“Jangan pernah menyebut-nyebut amplop dalam pidato, tabu, sekalipun hanya guyonan atau menyindir-nyindir,” kata Gus A’ab. Penceramah yang suka menyebut-nyebut amplop saat di panggung itu, menurut Gus A’ab, akan menurunkan harga dirinya sendiri. “Tidak usah mikirkan amplop, sebab sebab sudah ada yang memikirkan,” lanjut Gus A’ab sambil terkekeh. Maksud dari mantan Ketua PCNU Jember ini, orang yang telah memikirkan tadi adalah panitia yang mengundang.
Lalu bagaimana kalau panitia tidak memberi? Menurut Gus A’ab, bisa disikapi dengan dua cara. Pertama, kalau memungkinkan, bisa ditanyakan kepada panitia dengan niatan memberi pelajaran tentang penghargaan kepada orang yang ilmu. Kedua, bila tidak memungkinkan, bisa minta langsung kepada Dzat yang menggerakkan hati untuk mendatangi undangan tersebut, yaitu Allah SWT.
Di sisi, Prof Ali Aziz juga banyak mengulas tentang etika yang harus dihindari oleh para juru dakwah, sekalipun dalam bahasa guyonan. Selain masalah amplop, guyonan lain yang perlu dihindari di antaranya tentang pornografi, poligami, dan hal-hal tak perlu lainnya.

Lebih dari itu seorang pendakwah juga harus terus mau belajar dan memperbarui diri. Jangan sampai materi yang sama disampaikan selama bertahun-tahun tanpa adanya pembaruan dan pengembangan.
Prof Ali Aziz mengingatkan, yang juga perlu diperhatikan oleh para pendakwah adalah panitia telah bersusah-payah melakukan persiapan berbulan-bulan. Maka pendakwah juga harus menghargai proses itu dengan mempersiapkan diri dan memperbaiki materinya.
Kalau pendakwah tidak mau meng-upgrade diri, materinya itu-itu saja sekian lama, apalagi saat naik panggung sambil batuk-batuk dan tidak siap, tentulah akan mengecewakan panitia yagn telah bersusah-payah sekian lama. “Itu namanya dzalim!” kata Prof Ali Aziz dengan tegas dan nada tinggi.

Sedangkan Ketua LD PWNU Jawa Timur Dr KH Syukron Jazila, MAg, menyebut juru dakwah harus mengetahui siapa pendengarnya dan tahu apa yang mereka butuhkan. Dengan begitu komunikasi akan nyambung dan bermanfaat. “Jangan sampai juru dakwah tidak tahu siapa audiens dan tidak mengerti apa yang sedang mereka butuhkan, bisa musproh (sia-sia) yang disampaikan,” jelasnya.