Tulungagung, radar96.com – Pesantren Ribath Futuhatunnur Dusun Toro Desa Sidomulyo Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung menggelar perayaan Maulidur Rasul SAW pada Sabtu (20/9/2025). Menurut pengasuh Ribath Futuhatunnur, Kiai Hudzoifah, kegiatan tersebut digelar secara sanget sederhana, bertempat di halaman pesantren, yang diundang hanya masyarakat sekitar pesantren berjumlah sekitar seratus jamaah saja.
Meski demikian kegiatan tersebut juga dihadiri oleh anggota DPRD Tulungagung Mulyono Susanto, Kepala Desa Sidomulyo Marlikan, Kepala Dusun Toro, dan juga Wakil Ketua Lembaga Dakwah (LD) PWNU Jawa Timur KH Imam Mawardi Ridlwan.
Abah Imam dalam ceramahnya berkisah tentang seorang paman Nabi bernama Abu Lahab. Walau hingga akhir hidupnya tidak punya iman, tapi ada syafaat yang dia diterima karena dia merasa gembira atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ia tersenyum istimewa karena gembira atas kelahiran keponakannya tersebut.
Maka dia mendapat setetes air setiap hari Senin. Inilah bukti syafaat dari Nabi kita Sayyidina Muhammad SAW kepada siapa saja yang meraasa bergembira atas kelahirannya.
Kisah di atas diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari. Yaitu kisah Abu Lahab yang menjadi musuh dakwah Nabi, namun saat kelahiran Nabi Muhammad dia sangat berbahagia. Kebagiaannya diwujudkan dengan memerdekakan budaknya, Tsuwaibah. Dan Tsuwaibah inilah yang pertama kali menyusui Nabi Muhammad.
Berangkat dari kisah Abu Lahab tersebut, ternyata bergembira atas kelahiran Nabi Muhammad SAW mendapat keringanan siksa. Buah dari ekspresi bahagianya atas kelahiran Nabi Muhammad mendapatkan syafaat.
Pertanyaannya adalah bagaimana dengan kita saat ini yang selalu merayakan Maulid Nabi Muhammad dengan rasa cinta, membaca shalawat, dan menimba ilmu?
Abah Imam lebih lanjut menjelaskan bahwa di Rabiul Awal. Bulan terdapat kelahiran manusia paling mulia. Bulan yang membuat langit dan bumi damai. Bulan yang membuat para malaikat turun membawa kabar gembira. Bulan yang membuat kita, umat Islam, punya alasan untuk berkumpul, bershalawat, dan bersyukur.
Dan Allah Ta’ala sendiri memerintahkan kita untuk bershalawat kepada Nabi. Sebagajama dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al-Ahzab ayat 56, Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”
Jadi, kalau ada yang bertanya: kenapa Maulid dirayakan? Jawabannya sederhana. Karena kita cinta. Karena kita bahagia. Karena kita ingin meneladani Nabi yang bahkan berpuasa setiap hari Senin sebagai bentuk syukur atas kelahirannya.
Abah Imam kemudian mengutip pendapat Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki Al-Hasani. Beliau mengatakan bahwa merayakan Maulid Nabi itu pasti bermanfaat di dunia dan akhirat. Karena itu adalah ekspresi kecintaan. Dan kecintaan itu tidak bisa dipaksakan. Ia tumbuh dari hati yang mengenal dan mencintai.
Tentu saja, ada yang menyebut Maulid Nabi sebagai bid’ah. Tapi para ulama menjawabnya dengan bijak sebagai bid’ah hasanah. Sesuatu yang baik, yang tidak bertentangan dengan syariat, dan membawa manfaat. Sahabat Abdullah bin Mas’ud pernah berkata:
“Apa yang dilihat umat Islam sebagai perkara yang baik, maka perkara tersebut baik di sisi Allah. Dan apa yang dilihat umat Islam sebagai perkara yang buruk, maka perkara tersebut buruk di sisi Allah,” kata Abah Imam, mengutip kalimat Abdullah bin Mas’ud.
Di akhir ceramah Abah Imam mengajak untuk selalu merayakan kelahiran Nabi Muhammad di setiap waktu dengan bershalawat dan menimba ilmu. Karena melalui maulid sebagai bukti cinta kita pada Nabi Muhammad SAW.