Jakarta (Radar96.com) – Fenomena pemahaman hadits yang tekstual dan sepotong-potong amat meresahkan umat Islam belakangan ini. Hadits sebagai sabda Nabi memang dipastikan kebenaran otoritas dan validitasnya.
Namun, ketika memasuki wilayah pemahaman, maka masing-masing penafsir mempunyai subjektivitasnya, sehingga dari satu hadits akan muncul beberapa pemahaman yang berbeda-beda, yang pada gilirannya, hadits sebagai world view (pandangan dunia) umat Islam menjadi objek sasaran eksploitasi dan politisasi kelompok radikal dalam melegitimasi agenda pergerakan mereka, bertolak belakang dengan visi Islam berupa rahmatan lil ‘alamin.
Tema itulah yang diteliti oleh Muhammad Najih Arromadloni yang biasa disapa Gus Najih guna menjawab keresahan umat Islam, sekaligus dijadikan penelitian yang ditulis dalam bentuk disertasi (S3) yang telah diujikan di hadapan sejumlah Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis (1/7), di antaranya Prof Said Agil Munawar dan Prof Muhammad Amin Suma.
Setelah melaksanakan Ujian Promosi Doktor pada 1 Juli 2021 dan menjadi Doktor ke-1.277 Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Dr. Muhammad Najih Arromadloni, M.Ag berhasil meraih predikat Cumlaude saat empertahankan disertasi berjudul “Rekonstruksi Pemahaman Kelompok Radikal terhadap Hadis” dalam ujian daring di bawah bimbingan Prof. Dr. Said Agil Husin Al Munawar, MA dan Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA.
Dalam ujian di hadapan dewan penguji yang terdiri dari Prof. Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, MA, Prof. Dr. Said Agil Husin Al Munawar, MA, Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA, Prof. Dr. M. Suparta, MA, Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM dan Dr. Fuad Thohari, M.Ag, Gus Najih yang juga pengurus Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme MUI Pusat ini mengkaji langsung dari kitab-kitab induk kelompok radikal, dengan komparasi antara pemahaman hadits satu kelompok dengan kelompok yang lain.
Temuan-temuan dalam penelitiannya tersebut dideskripsikan dalam sebuah konstruksi pemahaman hadits terkait beberapa tema penting untuk kemudian dilakukan rekonstruksi mengacu pada kaidah-kaidah ilmu hadits yang telah disusun oleh para ulama dan menjadi khazanah keilmuan umat Islam sejak awal sejarah.
Gus Najih yang juga Pendiri Center for Research and Islamic Studies (CRIS) ini menemukan bahwa kelompok radikal meski misi yang diusung sama dan selalu menyeret ayat Al-Qur’an maupun hadits Nabi, namun bisa berbeda dalam hal dalil yang digunakan.
“Celakanya mereka banyak menggunakan hadits dhaif dan palsu, termasuk hadits-hadits tentang hijrah dan akhir zaman. Pemahaman hadits mereka juga terkesan politis-eksploitatif, parsial, eksklusif dan a-historis,” ungkap Gus Najih.
Dalam disertasi ini juga diungkap struktur berpikir kelompok radikal. Pada akhirnya, Gus Najih menyimpulkan bahwa radikalisme yang mengatasnamakan Islam adalah bentuk eksploitasi dan distorsi terhadap teks agama yang sejatinya bersifat rahmatan lil ‘alamin.
Sebelumnya (6/5/2021), Ketua Umum DPN Gemasaba yang juga anggota Komisi III FPKB DPR RI, Heru Widodo, meminta dai muda Nahdlatul Ulama terus aktif di media sosial menyebarkan nilai-nilai luhur Aswaja.
Saat bersama Ketua DPW Gemasaba DKI Jakarta Ahmad Rifki Amin mengisi Podcast bertajuk “Bijak Memilih Tontonan, Cermat Merujuk Pemahaman Keagamaan” di Jakarta (6/5), ia menilai narasi-narasi kegamaan di media sosial lebih banyak dibanjiri ujaran provokatif, bahkan cenderung radikal.
“Dai Muda NU harus giat bersosial media, sampaikan pesan Islam yang ramah dan menyejukkan. Dunia digital, khususnya media sosial, disesaki narasi keagamaan yang justru jauh dari nilai Islam sebenarnya. Narasi-narasi radikal-provokatif ini harus dilawan dengan pesan keislaman yang ramah,” sambung dia. (*/NUO)
Sumber:
*) https://www.nu.or.id/post/read/129841/teliti-pemahaman-hadits-kelompok-radikal-gus-najih-raih-doktor-di-uin-jakarta
*) https://mitra.nu.or.id/post/read/128679/dibanjiri-konten-provokatif–ketum-dpn-gemasaba-minta-dai-muda-nu-aktif-di-media-sosial?_ga=2.77732692.1111500811.1625550443-802279236.1583899651