Jakarta. Radar96.com. HASIL survei Indometer menyebutkan, pendukung partai politik yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) cenderung lebih solid dibandingkan dengan partai-partai koalisi lain, seperti Partai NasDem, PKS, dan Partai Demokrat.
Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Pasrani Mendrofa menduga hal itu disebabkan karena basis kesamaan elektoral partai. KIB beranggotakan Partai Golkar, PPP, dan PAN. Ketiganya merupakan partai yang tergabung dalam partai pendukung pemerintah dalam Koalisi Indonesia Maju.
“Yang pertama jelas mungkin karena mereka memiliki segmen yang sama yaitu ceruk elektoral berbasis yang pro terhadap pemerintah. Karena ketiga Parpol ini ada di kubu pemerintah,” ujar Herry di Jakarta, hari ini.
Selain itu, KIB hingga saat ini belum memunculkan nama figur yang hendak diusung dalam Pilpres 2024. Karena belum ada nama calon presiden dan calon wakil presiden (Capres-Cawapres), pendukung Parpol anggota KIB cenderung nyaman dengan pembahasan visi-misi maupun program koalisi.
“Yang kedua, sampai hari ini belum tersebut nama. Artinya belum ada finalisasi soal siapa yang akan diusung oleh ketiga Parpol ini,” lanjutnya.
Herry juga mengungkapkan prediksi ketika KIB sudah memutuskan nama untuk berlaga pada kontestasi 2024. Bisa jadi, salah satu partai akan menarik diri karena merasa tidak terwadahi kepentingan politiknya.
“Mungkin ketika ada muncul nama tersebut. Dan itu berasal dari Parpol dari ketiga Parpol itu, barangkali ada satu Parpol yang nantinya sedikit menarik diri dari situ, dari koalisi ini. Bisa saja seperti itu kemungkinannya,” tegasnya.
Tidak hanya Elit
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Indonesia, Cecep Hidayat menjelaskan, meskipun solid, dalam praktiknya masih perlu dibuktikan bahwa bukan cuma elit partai yang mesra, namun juga akar rumputnya.
“Jadi kalau kita bicara pendukung yang solid, ketika terjadi koalisi kemarin, baik itu KIB antara Gerindra-PKB, atau yang lain, itu kan di tingkat elit, tinggal nanti para pemilih apakah perilakunya patuh taat pada elit atau tidak,” katanya hari ini (30/08/22).
Berangkat dari pengalaman Pemilu lalu, kata Cecep, sekarang ini komunikasi di elit sudah baik. “Tetapi di akar rumput belum, ada yang tidak paralel,” tambah Cecep.
Di tengah masyarakat identitas politik lewat pilihan idiologi tidak begitu kentara. Apakah benar pendukung partai dengan idiologi nasionalis kemungkinan memilih calon yang nasionalis, atau akan ikut saja siapa Capres-Cawapres yang diusung partainya. Keberadaan swing voter pada Pemilu 2024 akan ramai.
Ditambah lagi dengan hadirnya pemilih baru dari Milenial maupun Gen Z. “Identitas partai dan idiologi partai kuat, banyak terjadi swing votes, perilaku pemilih yang berpikir mudah bergeser dan mudah mengalihkan. Apalagi lahir generasi Z milenial, mereka yang paparan teknologi informatika tinggi dan idiolgi partai mereka tidak begitu kuat,” jelas Cecep.
Maka, selain memiliki pendukung setia, partai maupun koalisi harus terus membangun masa dari kalangan tersebut. “Politisi mulai melek teknologi dan menggunakan platform Sosmed yang ada. Di sisi lain mereka bisa mempergunakan platform yang ada, harapannya bukan sekedar tanpa tujuan namun sebagai pendidikan politik. “ tandas Cecep. (*)