Jombang, radar96.com – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menilai Nahdlatul Ulama (NU) saat ini telah menjelma menjadi peradaban dunia.
“Saya yakin bahwa NU telah menjelma menjadi peradaban, bukan sebatas organisasi, karena dimana pun di dunia ini, ada orang NU-nya, bahkan orang NU yang sudah masuk organisasi lain pun , saat mati pun masih ingin ditahlili,” katanya dalam acara di Jombang, Jumat (2/8) malam.
Dalam sambutan pembukaan Konferwil XVIII PWNU Jatim di Ponpes Tebuireng Jombang, Gus Yahya mengaku di ujung dunia mana pun saat ini ada saja orang NU-nya, bahkan di Lisabon, Portugal pun ada orang NU yang 20 tahun tinggal di sana tanpa ada satu pun jamaah NU tetap saja komitmen pada NU-nya.
“Tidak hanya itu, sekeras apapun orang NU itu bertengkar tetap tidak akan melepaskan NU-nya. Bahkan, saya mulai beberapa kali menyadari NU itu milik Allah. Kita pernah mengadakan acara Satu Abad NU yang suksesnya melebihi perencanaan. Kalau hajatnya Allah, maka malaikat akan membantu, mirip malaikat yang menjadi panitia,” katanya.
Namun, kata Gus Yahya, Dunia saat ini menghadapi tantangan relevansi, apakah negara atau perorangan, sehingga NU saat ini pun menghadapi tantangan yang sama, sejauh mana mampu mempertahankan relevansinya, sampai kapan orang membutuhkan.
“Karena itu, PBNU berkesimpulan bahwa NU harus bertransformasi, bukan hanya menjadi terbaik atau juara, tapi ini soal survival di tengah gelombang relevansi yang cepat,” katanya.
Untuk itu, PBNU menerapkan tiga strategi yakni
konsolidasi tata kelola organisasi, konsolidasi agenda organisasi, dan konsolidasi sumber daya.
“Untuk konsolidasi tata kelola, PBNU sudah menggunakan platform digital untuk administrasi, lalu konsolidasi organisasi dengan menjadikan Lakpesdam merancang program melalui perencanaan dan data,” katanya.
Untuk konsolidasi sumber daya organisasi, PBNU mencetak SDM dengan Akademi Kepemimpinan NU atau AKNU dengan narasumber asing, kemudian sumberdaya anggaran melalui konsensi tambang yang diputuskan melalui rapat pleno, dan inisiatif lain.
Di hadapan sekitar 1.470 kyai/nyai, pimpinan Ponpes besar, pimpinan Badam Otonom dan perwakilan negara sahabat, pimpinan universitas NU dan bahkan pimpinan perbankan dan rumah sakit NU, Ketua PW NU Jawa Timur KH Abdul Hakim Mahfudhz mengatakan bahwa PW NU Jawa Timur akan dan harus tegak lurus kepada PB NU.
“Laksana kereta api, dalam tubuh NU hanya ada empat orang masinis yang mengendalikan jamiyah yaitu Rois Aam, Khatib Rais Aam, Ketua Umum PB NU dan Sekretaris Jendral. Yang lainnya harus taat dan ikut tak boleh belok, karena mana ada gerbong belok sendiri,” katanya. (*/my)