Surabaya, radar96.com – Memperingati Hari Gizi Nasional 2025, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) bersama UNICEF memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya gizi seimbang, melalui penyelenggaraan webinar, Kamis (6/2) siang.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk komitmen Unusa dan UNICEF dalam upaya percepatan penurunan stunting di Indonesia. Tema kegiatan tersebut adalah “Memilih Makanan Sehat dan Bergizi Keluarga untuk Anak Bebas Malnutrisi”.
Webinar yang menghadirkan tiga pembicara ini menarik minat ratusan peserta. Hal itu terlihat dari antusiasme para peserta yang terus memberikan pertanyaan kepada tiga pembicara.

Pembicara pertama disampaikan oleh Nutrition Officer UNICEF Indonesia, Nike Frans, dengan topik bahasan tantangan dan hambatan global dalam memberikan makanan bergizi. Dia menuturkan, situasi global masih dihadapkan pada masalah-masalah seperti stunting atau kekurangan gizi kronis dan wasting atau kekurangan gizi akut pada balita. “Namun di saat bersamaan juga dihadapkan pada meningkatnya status balita dengan kelebihan berat badan atau obesitas, juga anak dengan anemia,” terangnya.
Nike menjelaskan, berdasar penelitian WHO, satu dari tiga anak mengalami malnutrisi. Malnutrisi itu sendiri tidak terbatas pada kekurangan gizi saja, tapi juga kelebihan gizi. “Di Indonesia, kasus anak yang lahir dengan keadaan stunting itu sangat tinggi, satu dari lima anak, lahir stunting,” paparnya. Oleh karena itu, katanya menegaskan, pemenuhan maupun perbaikan gizi harus dilakukan sejak anak berada di dalam kandungan.
Hal itu juga dibenarkan oleh dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik RSUD Dr Soetomo Surabaya, dr Meta Herdiana Hanindita yang menjadi pembicara kedua. Menurutnya, pertumbuhan dan perkembangan manusia itu paling pesat pada 1000 hari pertama kehidupan. “Seribu hari pertama kehidupan ini juga sering dikenal sebagai golden period atau juga jendela kesempatan. Alasannya, karena perkembangan salah satu organ yang paling pesat terjadi pada seribu hari pertama kehidupan adalah otak, yang mulai terbentuk saat janin dalam kandungan mencapai puncak periode seribu hari pertama kehidupan. Baik otak bagian pendengaran, penglihatan, maupun kognitif lainnya,” tutur dr Meta.

Ditegaskannya, nutrisi pada awal kehidupan itu berpengaruh terhadap pertumbuhan massa otot, komposisi tubuh, dan sistem metabolism. Sehingga juga akan mempengaruhi saat dewasa. “Nutrisi pada periode awal kehidupan itu sangat penting, karena bukan hanya berdampak pada saat itu, namun seumur hidup,” jelasnya.
Sementara pembicara lain, dari perwakilan UPT Labkesda Jawa Timur, Ni Luh Putu Ayu Putri Sariningrat menambahkan, makanan bergizi perlu memenuhi beberapa komponen gizi yang harus ada.
“Kelompok makanan terbagi menjadi 8 kategori untuk MPASI. Yakni karbohidrat yang bisa didapat dari beras, umbi-umbian atau akar. Kemudian ASI, turunan susu, buah dan sayur yang kaya vitamin A, protein hewani, buah dan sayur lain, kacang-kacangan, dan telur,” paparnya.

Menurut Putri, selain 1000 hari pertama kehidupan, tumbuh kembang pada anak prasekolah dan sekolah juga penting. Lantaran pada masa-masa tersebut anak akan mulai tumbuh dengan banyak pertanyaan dan semakin banyak aktivitas. “Ada ukuran-ukuran tertentu pada gizi yang harus dipenuhi oleh anak-anak. Semakin dewasa, kebutuhan nutrisinya juga semakin besar,” jelasnya.
Selain itu, katanya menambahkan, menjaga makanan dengan nutrisi seimbang, memantau berat badan, paling tidak satu kali dalam seminggu, bisa menjadi pelindung agar tidak mengalami kelebihan berat badan. “Peran orang tua begitu penting, dengan mengawasi apa yang dikonsumsi anak,” pungkasnya.