By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
radar96.com | Berkarakter dan Edukatifradar96.com | Berkarakter dan Edukatifradar96.com | Berkarakter dan Edukatif
  • Home
  • Nahdliyyin
  • Sospol
  • Milenial
  • Gus File
  • Warta DigitalNew
Search
MORE MENUS
  • Kultural
  • Kolom
  • Kontrahoax
  • Ekraf
  • Tasawuf Urban
  • Berita Foto
  • Gus File
  • Inforial
  • Jatim Update
  • Opini
  • Siaran Pers
  • Tentang Kami
  • Pasang Iklan di Radar96
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Susunan Redaksi
© 2024 radar96.com. All Rights Reserved.
Reading: Jokowi Tidak Peduli Kekecewaan Publik, Penyalahgunaan Kekuasaan Bakal Terus Terjadi
Share
Sign In
Font ResizerAa
radar96.com | Berkarakter dan Edukatifradar96.com | Berkarakter dan Edukatif
Font ResizerAa
  • Home
  • Warta DigitalNew
  • Nahdliyyin
  • Milenial
  • Kontrahoax
  • Ekraf
  • Sospol
  • Inforial
  • Kolom
  • Kultural
  • Gus File
  • Tasawuf Urban
Search
  • Home
  • Warta DigitalNew
  • Nahdliyyin
  • Milenial
  • Kontrahoax
  • Ekraf
  • Sospol
  • Inforial
  • Kolom
  • Kultural
  • Gus File
  • Tasawuf Urban
Have an existing account? Sign In
Follow US
  • Tentang Kami
  • Pasang Iklan di Radar96
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Susunan Redaksi
© 2024 radar96.com. All Rights Reserved.
radar96.com | Berkarakter dan Edukatif > Blog > Inforial > Jokowi Tidak Peduli Kekecewaan Publik, Penyalahgunaan Kekuasaan Bakal Terus Terjadi
Inforial

Jokowi Tidak Peduli Kekecewaan Publik, Penyalahgunaan Kekuasaan Bakal Terus Terjadi

Radar96 Nusantara
Last updated: 15/11/2023 19:05
Inforial 116 Views
Share
5 Min Read
SHARE

Jakarta, Radar96.com – Peneliti Politik BRIN, Firman Noor mengatakan, Presiden Joko Widodo sudah lama terbuai kekuasaan, merasa dirinya benar dan akan selalu mendapat dukungan, maka hilang rasa sensitifnya.

“Kalau satu kekuasaan sedemikian diagungkan, dibela, demikian ditafsirkan selalu secara positif, dibenarkan meski salah, dalam waktu lama, hilang sensitifnya, ada syndrome ketidaksensitifan,“ kata Firman hari ini (15/11/23).

Firman Noor

Firman khawatir, karena awalnya tidak pernah dikritik, kini dia malah menghabisi balik orang yang mengkritik dia. Jokowi, memiliki inner circle yang punya prinsip ‘Asal Bapak Senang’ yang kemudian kebal terhadap kritik ataupun masukan.

“Ini mengidentifikasikan bagaimana Jokowi melihat kekuasaan, mencerminkan pandangan dia terhadap demokrasi yang tidak menggembirakan,” kata Firman.

Menurut Firman, dengan kondisi yang ada sekarang, kritik akan sulit dibungkam. “Semakin ada aksi-reaksi. Semakin penguasa bersikap tidak sensitif, akan menyemai banyak kalangan bersikap kritis terhadap dia,“ sebut Firman.

Iklan.

Dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia ini pun menambahkan, Jokowi masih percaya diri, seolah berada ‘di atas angin’ karena ada kelompok ‘silent majority’ yang dianggap berpihak padanya. Jokowi merasa secure, atau aman-aman saja.

“Sejauh kunci yang bisa melengserkan dia bisa tersentuh, ini kayak radio rusak saja. Tetapi tidak powerful, dia masih merasa secure,” tandas Firman.

Telanjangnya manuver politik kekuasaan membuat dukungan terhadap Jokowi pelan-pelan berkurang. Paska putusan MK, sejumlah tokoh nasional dan pegiat demokrasi melontarkan kekecewaan mereka terhadap sikap Jokowi. Yang terbaru adalah pernyataan sikap agamawan Romo Magnis.

“Dan tahun-tahun terakhir dengan dukungan presiden mengebiri KPK, penguasa tanpa malu mencoba membangun dinasti keluarga dan kekuasaan keluarga. Saya ulangi yang dibilang tadi yang gawat kalau orang tidak melihat bahwa itu tidak beres,” ujar Romo Magnis dalam acara bersama para tokoh nasional di Jakarta.

Kekecewaan para tokoh bangsa ini tentu disebabkan karena sejumlah pembajakan demokrasi dengan memanipulasi hukum lewat putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memberi jalan bagi putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, menjadi bakal calon wakil presiden (Bawacapres).

Drama di MK menunjukkan perekayasaan hukum dengan memanfaatkan intervensi dari pihak penguasa dan mempertontonkan upaya kolusi, nepotisme, dan membangun politik dinasti. Dugaan ini makin jelas setelah Mahkamah Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) memutuskan memberhentikan Ketua MK Anwar Usman yang telah terbukti melakukan pelanggaran etik yang berat.

Kemudian, penggunaan alat negara oleh pemerintah, baik dari penegak hukum, militer, hingga sumber daya ekonomi yang ada, untuk menekan pihak yang tidak sejalan, dan bahkan untuk mendukung pasangan Bacapres dan Bacawapres tertentu. Sehingga netralitas negara dalam Pemilu kini dipertanyakan oleh publik.

Krisis Moralitas

Sementara itu, Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia Neni Nur Hayati menilai situasi demokrasi saat ini, khususnya menghadapi tahapan kampanye di Pemilu 2024, semakin mengalami krisis keadaban dan moralitas.

“Situasi ini menimbulkan keresahan, apalagi untuk anak anak muda seperti saya, di mana diharapkan Pemilu bisa melahirkan pemimpin profetik yang bisa mengubah peradaban bangsa semakin lebih baik, tetapi faktanya ketika yang harus kita lalui adalah proses hukum yang cacat moral makin menunjukkan ketamakan yang semakin menjadi-jadi,” ujarnya.

“Menjelang tahapan kampanye para menteri yang masuk koalisi mulai menggelontorkan program Bansos, memangnya Indonesia ini terus-menerus kondisinya darurat sehingga program program Bansos dengan sengaja dilakukan saat masuk tahapan kampanye? Apalagi nanti kan semua hasil Pemilu ketika muncul perselisihan sengketa hasil semua ujungnya di MK sementara kita tahu saat ini bagaimana kondisi para hakim MK,” tambahnya.

Oleh sebab itu, Neni menilai suara kritis dan panduan moral dari para tokoh bangsa patut selalu digaungkan. Apalagi ketika tahapan Pemilu yang tengah berlangsung dan potensi kecurangan yang masif. Hukum dinilai sudah dijadikan alat melanggengkan kekuasaan, semua aturan main diperalat dengan menghalalkan segala cara, yang penting tujuan tercapai.

“Untuk mengontrol jalannya Pemilu saya kira saat ini memang kita butuh para muadzin bangsa yang terus menyuarakan secara lantang terkait dengan keresahan yang terjadi dan permasalahan bangsa yang kian terpuruk,” tegasnya.(*)

Iklan.

You Might Also Like

Debat Capres Tanpa Dibarengi Strategi Komunikasi Berbasis Pemilih Akan Sia-sia

LBH Sebut Demokrasi Telah Dikooptasi

Perkuat Keamanan IT KPU, Waspadai Sabotase Rekapitulasi Suara

Integritas Gelaran Pemilu Dipertaruhkan

Jangan Salah Pilih, Agar Reformasi Tidak Kembali ke Titik Nol

Share This Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print
Previous Article Prof Ali Masykur Moesa: ISNU (Jatim) adalah “miniatur” NU ke depan
Next Article Siswa MTs Masjid Al Akbar Surabaya: Hafalan Qur’an itu Mudah

Advertisement

Iklan.

Iklan.

Berita Terbaru

Ego Tinggi dan Tak Kuat Godaan saat Sukses, Penyebab Gagal Berkarier
Sospol
Unusa dan BAZNAS Surabaya Jalin Kerja Sama Beasiswa Pendidikan
Sospol
Unusa Ajak Gabung Peneliti Asing untuk Program Postdoctoral
Sospol
LP Maarif NU Jatim Lakukan Reaktualisasi Pembelajaran Aswaja dengan STEIM
Nahdliyyin

You Might also Like

Inforial

Capres Pro Desa akan Jadi Identitas Politik Ganjar

29/11/2023
Inforial

Kecurangan Masif, Kemunduran Demokrasi tidak Terhindarkan

29/11/2023
Inforial

Pemberdayaan Guru Ngaji Harus Diadopsi Jadi Kebijakan Nasional

28/11/2023
Inforial

Komitmen Ganjar Membangun Desa Tidak Perlu Diragukan

28/11/2023
radar96.com | Berkarakter dan Edukatifradar96.com | Berkarakter dan Edukatif
Follow US
© 2024 radar96.com. All Rights Reserved.
  • Tentang Kami
  • Pasang Iklan di Radar96
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Susunan Redaksi
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?